Saturday, 12 November 2011

New Media pada Produksi Musik


Musik yang kita ketahui telah sangat berubah dengan cepat, produksi suara, distribusi dan konsumsi industri musik yang luas, semua diubah oleh teknologi digital. Semuanya juga tidak terlepas dari model sosial dan budaya sejumlah negara, walaupun tingkat dan sifat perubahan tunduk pada variasi geografis sejumlah tempat.

Produksi Musik

Produksi – Bijakasana, teknologi digital mengifestasikan banyak perubahan yang terjadi, khusunya pergesaran mengenai meniru kinerja hidup untuk menciptakan ‘buatan’ di dunia suara. Ketika teknologi rekaman di dunia musik datang di akhir abad kesembilan belas, mimik dalam dunia musik dianggap penghinaan. Dan sekarang ini telah tertanam menjadi rezim kebenaran yang bertentangan dengan penerimaan awal, seiring dengan pengenalan rekaman alat-alat musik, seperti mikropon, dan amplifier.
Ide dari studio sebagai pusat dari konstruksi kratif menuju pembutan remix membentuk pusat komponen dari budaya musik. Budaya utama dari pencampuran berkatian erat dengan hiburan sebelum adanya musik, meskipun penemuan suara lain sering digunakan untuk berbagai macam dan tujuan yang berbeda. Di Jamaica di akhir tahun 1960an sampai awal 1970 budaya remix benar-benar berkembang pesat sesuai budaya ruang dansa. Produser dan teknisi menghapus vokal dan secara bertahap mulai menambah efek se[erti reverb, delay dan suara-suara lainnya, dari subgenre ‘dub reggae’ berevolusi.
Munculnya musik disko di Amerika Serikat selama tahun 1970-an juga memberikan kontribusi besar-besaran untuk budaya remix sebagai perpanjangan edit trek hi-NRG, yang disesuaikan dengan lantai dansa, menyebabkan munculnya single 12-inci. Remixing tersebut diambil ke tingkat baru dengan munculnya hip-hop pada 1970-an dan awal 1980-an, yang
berdasarkan tujuan contoh musik lainnya, terutama melalui embedding 'istirahat' atau melalui suara ditemukan penyerangan melalui teknik 'menggaruk'.
Terkait dengan media digital dan variabilitas adalah konsep otomatisasi dan manipulasi. Perangkat keras digital baru dan perangkat lunak memungkinkan tugas-tugas yang sebelumnya susah payah menjadi lebih mudah sejalan dengan otomatisasi yang meningkat. Jadi, misalnya, berbeda dengan mengedit secara fisik pita magnetik, program digital banyak memungkinkan seseorang untuk memperbesar sebuah representasi visual dari gelombang suara, sorot dan kemudian mengedit bagian tertentu, seperti 'membatalkan' hasil apapun dianggap tidak memadai. Adalah jauh lebih mudah untuk melakukan back-up/ salinan karya digital untuk membuat banyak suntingan. Selanjutnya, menyalin kode numerik tidak menyebabkan degradasi kualitas yang mencirikan media kimia. Manipulasi suara yang sudah ada sebelumnya menjadi lebih mudah dan dengan demikian semakin membentuk bahan dasar dari mana musik baru dibangun.
Pada akhir tahun 1990 da awal tahun 2000, melihat peningkatan komputer kedalam lingkup rumah tangga, secara bersamaan banyak musik mulai diproduksi pada komputer, perngkat keras atau hardware pada komputer mulai dilengkapi oleh perangkat lunak, dan variasi dari musik yang berbeda-beda meningkat diproduksi oleh dekstop dan laptop. Program-program software yang berbeda memungkinkan seseorang untuk merekam, mengatur, mencampur dan menghasilkan suara.
Ketika tingkat budaya partisipasi membagi antara produksi dan konsumsi, kita masih bisa membuat perbedaan diantara area ini, bahkan ketika hal itu tumpang tindih. Untuk itu masalah konsumsi sebaik dengan distribusi area yang sangat penting.


Resensi :
Jamie Sexton, “Digital music : production, distribution, and consumption”, New York, : New (New Media:VI), 2009.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya