Musik yang kita ketahui telah
sangat berubah dengan cepat, produksi suara, distribusi dan konsumsi industri
musik yang luas, semua diubah oleh teknologi digital. Semuanya juga tidak
terlepas dari model sosial dan budaya sejumlah negara, walaupun tingkat dan
sifat perubahan tunduk pada variasi geografis sejumlah tempat.
Produksi Musik
Produksi – Bijakasana, teknologi
digital mengifestasikan banyak perubahan yang terjadi, khusunya pergesaran
mengenai meniru kinerja hidup untuk menciptakan ‘buatan’ di dunia suara. Ketika
teknologi rekaman di dunia musik datang di akhir abad kesembilan belas, mimik
dalam dunia musik dianggap penghinaan. Dan sekarang ini telah tertanam menjadi
rezim kebenaran yang bertentangan dengan penerimaan awal, seiring dengan
pengenalan rekaman alat-alat musik, seperti mikropon, dan amplifier.
Ide dari studio sebagai pusat dari
konstruksi kratif menuju pembutan remix membentuk pusat komponen dari budaya
musik. Budaya utama dari pencampuran berkatian erat dengan hiburan sebelum
adanya musik, meskipun penemuan suara lain sering digunakan untuk berbagai
macam dan tujuan yang berbeda. Di Jamaica di akhir tahun 1960an sampai awal
1970 budaya remix benar-benar berkembang pesat sesuai budaya ruang dansa.
Produser dan teknisi menghapus vokal dan secara bertahap mulai menambah efek
se[erti reverb, delay dan suara-suara lainnya, dari subgenre ‘dub reggae’
berevolusi.
Munculnya musik disko di Amerika Serikat selama tahun 1970-an
juga memberikan kontribusi besar-besaran untuk budaya remix sebagai perpanjangan edit trek hi-NRG, yang disesuaikan dengan lantai dansa, menyebabkan
munculnya single 12-inci. Remixing tersebut diambil ke tingkat baru dengan munculnya hip-hop pada 1970-an dan awal 1980-an,
yang
berdasarkan tujuan contoh musik lainnya, terutama melalui embedding 'istirahat' atau melalui suara ditemukan penyerangan melalui teknik 'menggaruk'.
berdasarkan tujuan contoh musik lainnya, terutama melalui embedding 'istirahat' atau melalui suara ditemukan penyerangan melalui teknik 'menggaruk'.
Terkait dengan media digital dan variabilitas
adalah konsep otomatisasi
dan manipulasi. Perangkat keras digital baru dan perangkat lunak memungkinkan tugas-tugas yang sebelumnya susah payah menjadi
lebih mudah sejalan dengan otomatisasi yang meningkat. Jadi, misalnya, berbeda dengan mengedit secara
fisik pita magnetik, program digital banyak memungkinkan
seseorang untuk memperbesar sebuah representasi visual dari gelombang suara, sorot dan kemudian mengedit bagian tertentu, seperti 'membatalkan'
hasil apapun dianggap tidak
memadai. Adalah jauh lebih mudah untuk melakukan back-up/ salinan karya digital untuk membuat banyak suntingan. Selanjutnya, menyalin kode numerik tidak
menyebabkan degradasi kualitas yang mencirikan media kimia. Manipulasi suara yang sudah ada sebelumnya menjadi lebih mudah dan dengan demikian semakin membentuk bahan dasar dari mana musik baru dibangun.
Pada akhir
tahun 1990 da awal tahun 2000, melihat peningkatan komputer kedalam lingkup
rumah tangga, secara bersamaan banyak musik mulai diproduksi pada komputer,
perngkat keras atau hardware pada komputer mulai dilengkapi oleh perangkat
lunak, dan variasi dari musik yang berbeda-beda meningkat diproduksi oleh
dekstop dan laptop. Program-program software yang berbeda memungkinkan
seseorang untuk merekam, mengatur, mencampur dan menghasilkan suara.
Ketika
tingkat budaya partisipasi membagi antara produksi dan konsumsi, kita masih
bisa membuat perbedaan diantara area ini, bahkan ketika hal itu tumpang tindih.
Untuk itu masalah konsumsi sebaik dengan distribusi area yang sangat penting.
Resensi :
Jamie Sexton,
“Digital music : production, distribution, and consumption”, New York, : New (New
Media:VI), 2009.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya